Selasa, 02 Agustus 2011

Dynamic Route

Apabila jaringan memiliki lebih dari satu kemungkinan rute untuk tujuan yang sama maka perlu digunakan dynamic routing. Sebuah dynamic routing dibangun berdasarkan informasi yang dikumpulkan oleh protokol routing. Protokol ini didesain untuk mendistribusikan informasi yang secara dinamis mengikuti perubahan kondisi jaringan. Protokol routing mengatasi situasi routing yang kompleks secara cepat dan akurat. Protokol routng didesain tidak hanya untuk mengubah ke rute backup bila rute utama tidak berhasil, namun juga didesain untuk menentukan rute mana yang terbaik untuk mencapai tujuan tersebut. Pengisian dan pemeliharaan tabel routing tidak dilakukan secara manual oleh admin. Router saling bertukar informasi routing agar dapat mengetahui alamat tujuan dan menerima tabel routing. Pemeliharaan jalur dilakukan.

A. ALGORITMA ROUTING

Klasifikasi Algoritma Routing :
1. Global
Semua router memiliki informasi lengkap mengenai topologi, link cost.
Contohnya adalah algoritma link state.
2. Desentrasilasi
  • Router mengetahui koneksi fisik atau link cost ke tetangga,
  • Terjadi pengulangan proses komputasi dan mempertukarkan,
  • Informasinya ke router tetangganya, contohnya adalah algoritma distance vector

1. DISTANCE VECTOR

Algoritma routing distance vector secara periodik menyalin table routing dari router ke router. Perubahan table routing ini di-update antar router yang saling berhubungan saat terjadi perubahan topologi. Setiap router menerima table routing dari router tetangga yang terhubung secara langsung.Proses routing ini disebut juga dengan routing Bellman-Ford atau Ford-Fulkerson. Routing vektor jarak beroperasi dengan membiarkan setiap router menjaga tabel (sebuah vektor) memberikan jarak yang terbaik yang dapat diketahui ke setiap tujuan dan saluran yang dipakai menuju tujuan tersebut. Tabel-tabel ini di-update dengan cara saling bertukar informasi dengan router tetangga.

Routing distance vektor bertujuan untuk menentukan arah atau vektor dan jarak ke link-link lain di suatu internetwork. Sedangkan link-state bertujuan untuk menciptakan kembali topologi yang benar pada suatu internetwork.

Misal, router Y menerima tabel informasi estimasi dari router X, dimana terdapat Xi, yang menyatakan estimasi waktu yang dibutuhkan oleh X untuk sampai ke router i. Bila Y mengetahui delay ke X sama dengan m milidetik, Y juga mengetahui bahwa Y dapat mencapai router i dalam Xi + m milidetik.

Struktur data tabel Distance Vector :
  • Setiap node (router) memilikinya,
  • Baris digunakan menunjukkan tujuan yang mungkin,
  • Kolom digunakan menunjukkan untuk setiap node tetangga secara langsung,
  • Sebagai contoh : pada router X, untuk tujuan Y melalui tetangga Z.
  • Pembentukan tabel routing dilakukan dengan cara tiap-tiap router saling bertukar informasi routing dengan router yang terhubung secara langsung.
  • Proses pertukaran informasi dilakukan secara periodik, misal setiap 45 detik.

Update table routing dilakukan ketika terjadi perubahan toplogi jaringan. Sama dengan proses discovery, proses update perubahan topologi step-by-step dari router ke router. Gambar diatas menunjukkan algoritma distance vector memanggil ke semua router untuk mengirim ke isi table routingnya. Table routing berisi informasi tentang total path cost yang ditentukan oleh metric dan alamat logic dari router pertama dalam jaringan yang ada di isi table routing, seperti skema oleh gambar di bawah ini.


Analogi distance vector dapat dianalogikan dengan jalan tol. Tanda yang menunjukkan titik ke tujuan dan menunjukkan jarak ke tujuan. Dengan adanya tanda-tanda seperti itu pengendara dapat dengan mudah mengetahui perkiraan jarak yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan. Dan tentunya jarak terpendek adalah rute yang terbaik.

2. LINK-STATE

Algoritma link-state juga dikenal dengan algoritma Dijkstra atau algoritma
shortest path first (SPF). Algoritma ini memperbaiki informasi database dari
informasi topologi. Algoritma distance vector memiliki informasi yang tidak
spesifik tentang distance network dan tidak mengetahui jarak router. Sedangkan algortima link-state memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaimana mereka inter-koneksi.
Beberapa fitur yang dimiliki oleh routing link-state adalah:
  1. Link-state advertisement (LSA) – paket kecil dari informasi routing yang dikirim antar router.
  2. Topological database – kumpulan informasi yang dari LSA-LSA.
  3. SPF algorithm – hasil perhitungan pada database sebagai hasil dari pohon SPF.
  4. Routing table – adalah daftar rute dan interface.

KONSEP LINK STATE

Dasar algoritma routing yang lain adalah algoritma link state. Algoritma link state biasa disebut sebagai algoritma Dijkstra atau algoritma Shortest Path First (SPF).
  • Setiap router mempunyai peta jar,
  • Router menentukan rute ke setiap tujuan di jar berdasarkan peta jar tersebut.
  • Petajaringan disimpan router dalam bentuk database sebagai hasil dari pertukaran info link-state antara router-router bertetangga di jar tersebut.
  • Setiap record dalam database menunjukkan status sebuah jalur dijar (link-tate).
  • Menerapkan algoritma Dijkstra.
  • Topologi jaringan dan link cost diketahui oleh semua node router.
  • Dilakukan dengan cara mem-broadcast informasi link state.
  • Semua node memiliki informasi yang sama.
  • Menghitung cost terkecil dari satu node ke node lainnya.
  • Memberikan tabel rute untuk router tersebut setelah iterasi sebanyak n, diketahui link cost terkecil untuk n tujuan.

B. PROTOKOL ROUTING

Routing protocol berbeda dengan routed protocol. Routing protocol adalah komunikasi antara router-router. Routing protocol mengijinkan router-router untuk sharing informasi tentang jaringan dan koneksi antar router. Router menggunakan informasi ini untuk membangun dan memperbaiki table routingnya. Seperti pada gambar di bawah ini.

Protokol routing dinamik yang banyak digunakan dalam internetworking TCP/IP adalah RIP (Routing Information Protocol) yang menggunakan algoritma routing distance vector dan OSPF (Open Shortest Path First) yang menggunakan.algoritma link-state. Pada layer TCP/IP, router dapat menggunakan protokol routing untuk membentuk routing melalui suatu algoritma yang meliputi:
  1. RIP — menggunakan protokol routing interior dengan algoritma distance vector,
  2. IGRP — menggunakan protokol routing interior dengan algoritma Cisco distance vector,
  3. OSPF — menggunakan protokol routing interior dengan algoritma link state,
  4. EIGRP — menggunakan protokol routing interior dengan algoritma advanced Cisco distance vector.

Routing Information Protocol (RIP)

Routed protocol digunakan untuk user traffic secara langsung. Routed  protocol menyediakan informasi yang cukup dalam layer address jaringannya untuk melewatkan paket yang akan diteruskan dari satu host ke host yang lain berdasarkan alamatnya.

RIP merupakan salah satu protokol routing distance vector yang digunakan oleh ribuan jaringan di dunia. Hal ini dikarenakan RIP berdasarkan open standard dan mudah diimplementasikan. Tetapi RIP membutuhkan konsumsi daya yang tinggi dan memerlukan fitur router routing protokol. Dasar RIP diterangkan dalam RFC 1058, dengan karakteristik sebagai berikut:
  • Routing protokol distance vector,
  • Metric berdasarkan pada jumlah lompatan (hop count) untuk pemilihan jalur,
  • Jika hop count lebih dari 15, maka paket dibuang,
  • Update routing dilakukan secara broadcast setiap 30 detik.

1. RIP Versi 1

  • Dokumen –> RFC1058.
  • RIP V1 routing vektor-jarak yang dimodifikasi dengan triggered update dan split horizon dengan poisonous reverse untuk meningkatkan kinerjanya.
  • RIP V1 diperlukan supaya host dan router dapat bertukar informasi untuk menghitung rute dalam jaringan TCP/IP.
  • Informasi yang dipertukarkan RIP berupa :
    a. Host
    b. Network
    c. Subnet
    d. Rutedefault

2. RIP Versi 2

  • Enhancement dari RIP versi1 ditambah dengan beberapa kemampuan baru,
  • Algoritma routing sama dengan RIP versi1,
  • Bedanya terletak pada format dengan tambahan informasi yang dikirim,
  • Kemampuan baru :
a. Tag –> untuk rute eksternal.
b. Subnet mask.
c. Alamat hop berikutnya.
d. Autentikasi.

IGRP (Interior Gateway Routing Protocol)

IGRP merupakan distance vector IGP. Routing distance vector mengukur
jarak secara matematik. Pengukuran ini dikenal dengan nama distance vector. Router yang menggunakan distance vector harus mengirimkan semua atau sebagian table routing dalam pesan routing update dengan interval waktu yang regular ke semua router tetangganya. Isi dari informasi routing adalah:
  • Identifikasi tujuan baru,
  • Mempelajari apabila terjadi kegagalan.
IGRP adalah routing protokol distance vector yang dibuat oleh Cisco. IGRP
mengirimkan update routing setiap interval 90 detik. Update ini advertise semua jaringan dalam AS. Kunci desain jaringan IGRP adalah:
  • Secara otomatis dapat menangani topologi yang komplek,
  • Kemampuan ke segmen dengan bandwidth dan delay yang berbeda,
  • Skalabilitas, untuk fungsi jaringan yang besar.
Secara default, IGRP menggunakan bandwidth dan delay sebagai metric. Untuk konfigurasi tambahan, IGRP dapat dikonfigurasi menggunakan kombinasi semua varibel atau yang disebut dengan composite metric. Variabel-variabel itu misalnya:
  • Bandwidth
  • Delay
  • Load
  • Reliability
IGRP yang merupakan contoh routing protokol yang menggunakan algoritma distance vector yang lain. Tidak seperti RIP, IGRP merupakan routing protokol yang dibuat oleh Cisco. IGRP juga sangat mudah diimplementasikan, meskipun IGRP merupakan routing potokol yang lebih komplek dari RIP dan banyak faktor yang dapat digunakan untuk mencapai jalur terbaik dengan karakteristik sebagai berikut:
  • Protokol Routing Distance Vector.
  • Menggunakan composite metric yang terdiri atas bandwidth, load,        delay dan reliability.
  • Update routing dilakukan secara broadcast setiap 90 detik.

OSPF (Open Shortest Path First)

OSPF merupakan interior routing protocol yang kepanjangan dari Open
Shortest Path First. OSPF didesain oleh IETF ( Internet Engineering Task Force ) yang pada mulanya dikembangkan dari algoritma SPF ( Shortest Path First ). Hampir sama dengan IGRP yaitu pada tahun 80-an.
Pada awalnya RIP adalah routing protokol yang umum dipakai, namun ternyata untuk AS yang besar, RIP sudah tidak memadai lagi. OSPF diturunkan dari beberapa periset seperti Bolt, Beranek, Newmans. Protokol ini bersifat open yang berarti dapat diadopsi oleh siapa pun. OSPF dipublikasikan pada RFC nomor 1247. OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan karakteristik sebagai berikut:
  • Protokol routing link-state.
  • Merupakan open standard protokol routing yang dijelaskan di RFC 2328.
  • Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost terendah.
  • Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi jaringan.
  • OSPF adalah linkstate protokol dimana dapat memelihara rute dalam dinamik network struktur dan dapat dibangun beberapa bagian dari subnetwork.
  • OSPF lebih effisien daripada RIP.
  • Antara RIP dan OSPF menggunakan di dalam Autonomous System ( AS ).
  • Menggunakan protokol broadcast.

EIGRP (Enhanced Interior Gateway Routing Protocol)

EIGRP menggunakan protokol routing enhanced distance vector, dengan
karakteristik sebagai berikut:
  • Menggunakan protokol routing enhanced distance vector.
  • Menggunakan cost load balancing yang tidak sama.
  • Menggunakan algoritma kombinasi antara distance vector dan link-state.
  • Menggunakan Diffusing Update Algorithm (DUAL) untuk menghitung jalur terpendek.
note:
  • Pada penggunaan EIGRP menggunakan autonomous sytem yang disebut sistem routing.
  • router – router yang berada dalam suatu autonomuos sytem yang sama disebut Gateway Protocol (IGP)
  • Routing didalam satu subnet dengan outonomous yang sama disebut system routing.
  • Routing diantara dua subnet yang berlainan dengan autonomous system yang sma disebut interior routing.
  • Jika router yang berada dalam suatu autonomuos system berhubungan dengan router lain,jenis protokol routing yang mengatur disebut Exterior ateway Protocols (EGP)

  • Pada penerapan Dynamic routing terdapat konsep classfull dan classless.
  • Classfull adalah penerapan subnet secara penuh atau default. /24,/16,/8 artinya penggunaan kelas full dikonsep ini.
  • Classless artinya kita dapat mengunakan semua subnet yang dapat digunakan maksudnya kita dapat menggunakan metode VLSM pada penerapannya.
  • Dynamic routing Classfull : Rip V1, IGRP
  • Dynamic routing ClassLess : IS-IS,Rip V2,OSPF,EIGRP, dan BGP

Convergence

Convergence adalah suatu bahasan dalam Dynamic routing yang mempunyai keadaan dimana ketika semua router telah mempunyai routing tabel mereka sendiri sacara tetap dan konsisten. Jaringan yang Convergence ketika semua router telah mendapatkan hasil lengkap dan akurat mengenai informasi jaringan. Waktu convergence adalah waktu saar semua router berbagi informasi, menghitung jalur terbaik, mengperbaharui Routing tabel mereka. Jaringan tidak akan berhenti beroperi sanpai semua network mendapatkan status convergence, kebanyakan jaringan mempunyai waktu yang singkat untuk mengubah statusnya menjadi convergence.
Convergence mengambungkan sifat kolaborasi dan independen,artinya selain router membuat informasi routingnya sendiri tapi juga berkerjasama dengan router lain untuk menentukan jalur tebaik, serta mengantisipasi terhadap perubahan topologi bersama router lain.pencapaian status convergence secara cepat menandakan protokol routing yang lebih baik, RIP dan IGRP adalah jenis convergence yang lambat, EIGRP dan OSPF adalah jenis convergence yang cepat.

Static Route

Cara kerja routing statis dapat dibagi menjadi 3 bagian:
- Administrator jaringan yang mengkonfigurasi router
- Router melakukan routing berdasarkan informasi dalam tabel routing
- Routing statis digunakan untuk melewatkan paket data

Seorang administrator harus menggunakan perintah ip route secara manual untuk mengkonfigurasi router dengan routing statis.

 
 Gambar 2.1 contoh perintah ip route

Gambar 2.2 menentukan outgoing interface

 
Gambar 2.3 menentukan next-hop IP address
Pada gambar 2.2 dan 2.3 di atas, administrator jaringan dari router Hoboken harus mengkonfigurasi routing statis ke jaringan 172.16.1.0/24 dan 172.16.5.0/24. Karena itu administrator memasukkan 2 perintah ke router. Administrative distance adalah parameter tambahan yang menunjukkan reliabilitas dari rute. Semakin kecil nilai administrative distance semakin reliable rutenya. Oleh Karen itu rute dengan administrative distance yang lebih kecil harus diberikan pertama kali sebelum administrative distance yang lebih besar diberikan. Default administrative distance saat menggunakan routing statis adalah 1. ketika interface luar dikonfigurasi sebagai gateway, routing statis akan ditunjukkan dalam tabel routing sebagai informasi yang “directly connected”. Untuk melihat informasi administrative distance digunakan perintah show ip route. Nilai dari administrative distance adalah antara 0 sampai dengan 255 yang diberikan setelah next-hop atau outgoing interface. 

Contoh:
waycross(config)#ip route 172.16.3.0 255.255.255.0 172.16.4.1 130

Jika interface dari router down, rute tidak akan dimasukkan ke table routing. Kadang-kadang routing statis digunakan untuk tujuan backup. Routing statis dapat dikonfigurasi dalam router yang hanya akan digunakan ketika routing dinamis mengalami kegagalan. Untuk menggunakan routing statis sebagai backup, harus dilakukan seting administrative distance ke nilai yang lebih besar daripada protokol routing dinamis yang digunakan.
 
Konfigurasi routing statis
Langkah-langkah untuk melakukan konfigurtasi routing statis adalah sebagai berikut:
- Langkah 1 – tentukan dahulu prefix jaringan, subnet mask dan address. Address bias saja interface local atau next hop address yang menuju tujuan.
- Langkah 2 – masuk ke mode global configuration.
- Langkah 3 – ketik perintah ip route dengan prefix dam mask yang diikuti dengan address seperti yang sudah ditentukan di langkah 1.

Sedangkan untuk administrative distance bersifat tambahan, boleh digunakan boleh tidak.
- Langkah 4 – ulangi langkah 3 untuk semua jaringan yang dituju yang telah ditentukan pada langkah 1.
- Langkah 5 – keluar dai mode global configuration.
- Langkah 6 – gunakan perintah copy running-config startup-config untuk menyimpan konfigurasi yang sedang aktif ke NVRAM.

routing default
Default routing digunakan untuk merutekan paket dengan tujuan yang tidak sama dengan routing yang ada dalam table routing. Secara tipikal router dikonfigurasi dengan cara routing default untuk trafik internet. Routing default secara actual menggunakan format:
ip route 0.0.0.0 0.0.0.0 [next-hop-address | outgoing interface ]

Mask 0.0.0.0, secara logika jika kita AND-kan dengan IP address tujuan selalu menunjuk ke jaringan 0.0.0.0. Jika paket tidak cocok dengan rute yang ada dalam table routing, maka paket akan dirutekan ke jaringan 0.0.0.0.

Di bawah ini adalah langkah-langkah untuk mengkonfigurasi routing default:
- Langkah 1 – masuk mode global configuration.
- Langkah 2 – ketik perintah ip route dengan 0.0.0.0 sebagi prefix dan 0.0.0.0 sebagai mask. Alamat tambahan untuk routing default dapat berupa address dari local interface yang terhubung langsung ke jaringan luar atau IP address dari next-hop router.
- Langkah 3 – keluar dari mode global config.
- Langkah 4 – gunakan perintah copy running-config startup-config untuk menyimpan konfigurasi yang sedang jalan ke NVRAM.

Troubleshooting konfigurasi routing statis
Pada sub bab ini diberikan contoh konfigurasi routing statis dalam Hoboken untuk mengakses jaringan pada Sterling dan Waycross, seperti yang dilihat pada gambar di bawah ini. Pada konfigurasi di router Sterling jaringan 172.16.1.0 tidak dapat mencapai jaringan di Waycross 172.16.5.0.

 
Gambar 4.1 Jaringan yang tidak terhubung langsung
 

Gambar 4.2 Langkah troubleshooting dengan perintah show ip route

Dari mode privileged EXEC pada router Sterling, ping ke node pada jaringan 172.16.5.0. Pada gambar di bawah ini menunjukkan perintah ping yang gagal, sekarang gunakan perintah traceroute dari Sterling ke alamat yang digunakan pada perintah ping.
Gambar 4.3 Troubleshooting konfigurasi routing statis

Catatan dimana traceroute mengalami kegagalan. Traceroute menandakan bahwa paket ICMP dikembalikan oleh Hoboken tapi tidak dari Waycross. Hal ini berarti masalah terjadi pada Hoboken atau Waycross.
Lakukan telnet ke router Hoboken. Coba kembali ping ke node pada jaringan 172.16.5.0 yang terhubung ke router Waycross. Perintah ping ini seharusnya berhasil karena Hoboken terhubung langsung ke Waycross.




Gambar 4.4 Troubleshooting konfigurasi routing statis


Pada suatu jaringan bisnis berskala besar atau enterprise yang terdiri dari banyak lokasi yang tersebar secara remote, maka komunikasi antar site dengan management routing protocol yang bagus adalah suatu keharusan. Baik static route ataupun dynamic routing haruslah di design sedemikian rupa agar sangat efficient.
Suatu static route adalah suatu mekanisme routing yang tergantung dengan routing table dengan konfigurasi manual. Disisi lain dynamic routing adalah suatu mekanisme routing dimana pertukaran routing table antar router yang ada pada jaringan dilakukan secara dynamic.

Dalam skala jaringan yang kecil yang mungkin terdiri dari dua atau tiga router saja, pemakaian static route lebih umum dipakai. Static router (yang menggunakan solusi static route) haruslah di configure secara manual dan dimaintain secara terpisah karena tidak melakukan pertukaran informasi routing table secara dinamis dengan router-router lainnya.

Suatu static route akan berfungsi sempurna jika routing table berisi suatu route untuk setiap jaringan didalam internetwork yang mana dikonfigure secara manual oleh administrator jaringan. Setiap host pada jaringan harus dikonfigure untuk mengarah kepada default route atau default gateway agar cocok dengan IP address dari interface local router, dimana router memeriksa routing table dan menentukan route yang mana digunakan untuk meneruskan paket.
Konsep dasar dari routing adalah bahwa router meneruskan IP paket berdasarkan pada IP address tujuan yang ada dalam header IP paket. Dia mencocokkan IP address tujuan dengan routing table dengan harapan menemukan kecocokan entry – suatu entry yang menyatakan kepada router kemana paket selanjutnya harus diteruskan. Jika tidak ada kecocokan entry yang ada dalam routing table, dan tidak ada default route, maka router tersebut akan membuang paket tersebut. Untuk itu adalah sangat penting untuk mempunyai isian routing table yang tepat dan benar.

Static route terdiri dari command-command konfigurasi sendiri-sendiri untuk setiap route kepada router. sebuah router hanya akan meneruskan paket hanya kepada subnet-subnet yang ada pada routing table. Sebuah router selalu mengetahui route yang bersentuhan langsung kepada nya – keluar interface dari router yang mempunyai status “up and up” pada line interface dan protocolnya. Dengan menambahkan static route, sebuah router dapat diberitahukan kemana harus meneruskan paket-paket kepada subnet-subnet yang tidak bersentuhan langsung kepadanya.

Gambar berikut adalah contoh diagram agar memudahkan kita memahami bagaimana kita harus memberikan konfigurasi static route kepada router. Pada contoh berikut ini dua buah ping dilakukan untuk melakukan test connectivity IP dari Sydney router kepada router Perth.



Router Sydney melakukan beberapa EXEC command dengan hanya kepada router-router yang terhubung langsung kepadanya.

Sydney#show ip route
Codes: C – connected, S – static, I – IGRP, R – RIP, M – mobile, B – BGP
D – EIGRP, EX – EIGRP external, O – OSPF, IA – OSPF inter area
N1 – OSPF NSSA external type 1, N2 – OSPF NSSA external type 2
E1 – OSPF external type 1, E2 – OSPF external type 2, E – EGP
i – IS-IS, L1 – IS-IS level-1, L2 – IS-IS level-2, ia – IS-IS inter area
* – candidate default, U – per-user static route, o – ODR
P – periodic downloaded static route
Gateway of last resort is not set
10.0.0.0/24 is subnetted, 3 subnets
C 10.20.1.0 is directly connected, Ethernet0
C 10.20.130.0 is directly connected, Serial1
C 10.20.128.0 is directly connected, Serial0
Sydney#ping 10.20.128.252
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.128.252, timeout is 2 seconds:
!!!!!
Success rate is 100 percent (5/5), round-trip min/avg/max = 4/4/8 ms
Sydney#ping 10.20.2.252
Type escape sequence to abort.
Sending 5, 100-byte ICMP Echos to 10.20.2.252, timeout is 2 seconds:
…..
Success rate is 0 percent (0/5)


Command ping mengirim paket pertama dan menunggu response. Jika diterima adanya respon, maka command menampilkan suatu karakter “!”. Jika tidak ada response diterima selama default time-out 2 seconds, maka command ping menampilkan response suatu karakter “.”. secara default router Cisco dengan command ping menampilkan 5 paket.

Pada contoh diagram diatas, command ping 10.20.128.252 adalah jalan bagus, akan tetapi untuk command ping 10.20.2.252 justru tidak jalan. Command ping pertama berjalan OK karena router Sydney mempunyai suatu route kepada subnet dimana 10.20.128.252 berada (pada subnet 10.20.128.0). akan tetapi, command ping 10.20.2.252 tidak jalan karena subnet dimana 10.20.2.252 berada (subnet 10.20.2.0) tidak terhubung langsung kepada router Sydney, jadi router Sydney tidak mempunyai suatu route pada subnet tersebut.

Untuk mengatasi masalah ini, maka perlu di-enabled pada ketiga router dengan routing protocols. Untuk konfigurasi sederhana seperti contoh diagram diatas, penggunaan route static adalah suatu solusi yang memadai.

Maka untuk router Sydney harus diberikan konfigurasi static route seperti berikut ini:
Ip route 10.20.2.0 255.255.255.9 10.20.128.252
Ip route 10.20.3.0 255.255.255.0 10.20.130.253

Pada command ip route haruslah diberikan nomor subnet dan juga IP address hop (router) berikutnya. Satu command ip route mendefinisikan suatu route kepada subnet 10.20.2.0 (mask 255.255.255.0), dimana berlokasi jauh di router Perth, sehingga IP address pada hop berikutnya pada router Sydney adalah 10.20.128.252, yang merupakan IP address serial0 dari router Perth. Serupa dengannya, suatu route kepada 10.20.3.0 yang merupakan subnet pada router Darwin, mengarah pada serial0 pada router Darwin yaitu 10.20.130.253. Ingat bahwa IP address pada hop berikutnya adalah IP address pada subnet yang terhubung langsung – dimana tujuannya adalah mengirim paket pada router berikutnya. Sekarang router Sydney sudah bisa meneruskan paket kepada kedua subnet di luar router tersebut (yang tidak bersentuhan pada router Sydney).

Anda bisa melakukan konfigurasi static route dengan dua cara yang berbeda. Dengan serial link point-to-point, anda juga bisa melakukan konfigurasi kepada interface outgoing ketimbang pada IP address router pada hop berikutnya. Misalkan anda bisa mengganti ip route diatas dengan command yang sama yaitu ip route 10.20.2.0 255.255.255.0 serial0 pada router pertama pada contoh diatas.

Kita sudah memberikan konfigurasi pada router Sydney dengan menambahkan static route, sayangnya hal ini juga belum menyelesaikan masalah. Konfigurasi static route pada router Sydney hanya membantu router tersebut agar bisa meneruskan paket pada subnet berikutnya, akan tetapi kedua router lainnya tidak mempunyai informasi routing untuk mengirim paket balik kepada router Sydney.

Misalkan saja, sebuah PC Jhonny tidak dapat melakukan ping ke PC Robert pada jaringan ini. Masalahnya adalah walaupun router Sydney mempunyai route ke subnet 10.20.2.0 dimana Robert berada, akan tetapi router Perth tidak mempunyai route kepada 10.20.1.0 dimana Jhonny berada. Permintaan ping berjalan dari PC Jhonny kepada Robert dengan baik, akan tetapi PC Robert tidak bisa merespon balik oleh router Perth kepada router Sydney ke Jhonny, sehingga dikatakan respon ping gagal.

Keuntungan static route:
  • Static route lebih aman disbanding dynamic route
  • Static route kebal dari segala usaha hacker untuk men-spoof paket dynamic routing protocols dengan maksud melakukan configure router untuk tujuan membajak traffic.
Kerugian:
  • Administrasinya adalah cukup rumit disbanding dynamic routing khususnya jika terdiri dari banyak router yang perlu dikonfigure secara manual.
  • Rentan terhadap kesalahan saat entry data static route dengan cara manual.